Terapi Bioresonansi, Sembuhkan Alergi tanpa Obat

. Friday, May 16, 2008
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks

Terapi bioresonansi merupakan salah satu solusi penyembuhan alergi. Terapi yang menggunakan gelombang ini tidak menggunakan obat dan cocok untuk segala usia.

Meski sering dianggap penyakit ringan, alergi sebenarnya bisa mengganggu penderita. Banyak orang terbatas geraknya akibat alergi. Pekerjaan rumah sepele bisa menjadi ketakutan besar bagi orang yang alergi terhadap debu. Di sisi lain, udang atau ikan laut yang lezat justru menjadi ancaman bagi yang alergi makanan laut.

Kondisi dilematis semestinya tidak perlu dialami jika mengetahui tentang terapi bioresonansi. Terapi ini pada dasarnya menggunakan gelombang elektromagnet. Terapi diperkenalkan oleh Dr Hans Brugemann di Jerman tahun 1976, hingga kini hasil terapi menunjukkan berkurangnya alergi bahkan sembuh.

Dalam situs bioresonansi, Bioresonance.net.au, disebutkan 83% dari pasien terapi bioresonansi menjadi allergen-tolerant atau tidak lagi mengalami alergi. Sebelas persen lainnya mengalami pengurangan alergi, sedangkan sisanya tidak mengalami perubahan.

Dr Syahrial Muchtar mengatakan, ''Pasien yang telah menjalani empat kali terapi, saat kami tes sudah negatif (tidak ada tanda alergi lagi),'' kata dokter yang berpraktik di RS Pluit Jakarta ini.

Di rumah sakit tersebut, terapi bioresonansi diberikan sejak Maret lalu. Terapi tersebut juga telah dipraktikkan di RS Bunda dan klinik-klinik mandiri di Jakarta. Dr. Syahrial menunjukkan sebelum menjalani terapi, pasien terlebih dulu dideteksi alerginya. Deteksi ini dengan menggunakan alat biotensor.

Pertama sebuah elektroda berbentuk silinder menangkap gelombang dari contoh-contoh allergen yang telah tersedia dalam wadah-wadah kecil dari kaca. Sementara itu, biotensor yang berbentuk tangkai panjang dengan kepala bundar diarahkan kepada pasien.

Dengan begitu gelombang pasien dan allergen akan berinteraksi. Jika allergen tersebut bersifat alergi bagi pasien, biotensor panjang tadi akan berayun vertikal. Jika tidak, akan berayun horizontal. Persis seperti orang mengangguk atau menggeleng.

Jika telah diketahui alergi pasien, barulah terapi dengan alat biocom dilakukan. Alat ini berbentuk kotak persegi panjang yang di bagian mukanya terdapat berbagai tombol dan display.

Gelombang yang telah dibalik ini akan memperbaiki fungsi tubuh yang terganggu akibat allergen. Gambaran proses ini seperti ombak yang menghantam karam kemudian berbalik lagi ke laut. Ombak balik itu seolah mendatarkan gelombang berikutnya.

Terapi ini dilakukan sambil duduk santai atau tidur terlentang. Pasien tidak akan merasa sakit. Untuk setiap allergen terapi dilakukan sekitar empat sampai sepuluh menit. Terapi dilakukan seminggu dua kali. Setiap kali seusai terapi, pasien hanya diminta banyak minum air putih untuk mengeluarkan hormon-hormon patologis dalam tubuh.

0 comments: